Minggu, 27 Desember 2009

Krisis Identitas di Kampus Tercinta



Sabtu,27 Desember 2009
SUDAH ANGSA TAPI MASIH MERASA ITIK, itulah ungkapan yang mungkin tepat untuk mendeskrikan gaya Mahasiswa berpikir masa kini. Faktanya mahasiswa kini tak peduli lagi dengan kehidupan dan perkembangan kampusnya, padahal jika di pandang dari segi fungsional peran mahasiswa sangatlah penting dalam pengawasi perkembangan demi perkembangan dan apa-apa saja yang terjadi pada kampusnya.
Tapi kini itu semua hanya sejarah dari para pelaku perubahan kampus di masa lalu yang tak ingin kapusnya dikendalikan oleh kebobrokan. Dan kini social force, moral force, agent of change, dan social control hanya menjadi ungkapan terkias dan tak lagi ada dalam benak mahassiswa dewasa ini. Mahasiswa sekarang dapat di bungkam dengan setumpuk duit dan janji-janji dari para elit penguasa Universitas, dampaknya mahasiswa menjadi apatis, oportunis bahkan menjadi borjuis sekalipun.
Seperti halnya mahasiswa, para pemimpin Universitas juga mengalami krisis identitas yang teramat besar. Mereka tak lagi bijak dalam memimpin, kecurangan demi kecurangan terjadi seperti penyalah gunaan uang yang dikelola dan yang menjadi korban dari itu semua adalah mahasiswa. Contoh kecil disamping contoh-contoh lainnya adalah beasiswa misalnya, banyak mahasiswa kurang yang tidak mendapatkan beasiswa padahal itu adalah hak mereka setiap pergantian semester. Contoh lainya adalah dana asuransi bagi mahasiswa yang kecelakaan, musibah dll yang sama sekali tak tersentuh oleh tangan mereka.
Itulah gambaran demokrasi yang diwujudkan oleh sejumlah elit penguasa pimpinan Universitas yang menghuni rektorat. Mereka tak memperdulikan pendapat Abraham Lincoln tentang Demokrasi yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, justru mereka punya bentuk demokrasi sendiri untuk diterapkan.
Lenyaplah sudah Proses Demokrasi Menuju mahasiswa Yang Madani dan Sukses dimasa depan bila pemimpin dan mahasiswanya seperti ini.
Terlepas dari itu, kesadaran diri para mahasiswipun tak dapat dibanggakan lagi, mereka seakan kehilangan jati diri dalam berbusana. Di Universitas yang ada di Aceh misalnya, berbagai bentuk Qanun syariat islam yang di terapkan oleh pemerintah tentang syariat islam tak dihiraukan oleh mereka. Masih banyak para mahasiswi tak mengindahkan aturan berbusana muslim tersebut, di kampus para mahasiswi masih mengunakan celana ketat padahal tata tertip dan aturan kampus tidak membolehkan memakai celana ketat. Bukan hanya dikampus, di jalan-jalan kaum wanita pun tak sedikit yang memperagakan lekuk tubuh mereka dengan menggunakan berbagai jenis pakaian haram itu “pandangan ulama dan masyarakat”.
SUBBAHANALLH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambah comment kamu ya kawan-kawan, di sini: