Jumat, 08 Januari 2010

Cerpen cinta:indahnya persahabatan

Oleh:azwin Reza
Aku bergegas menyeberangi pagar kampus. Hari ini batas waktu terakhir pembayaran uang kuliah. Aku mengumpat dalam hati, kenapa pelupaku muncul untuk hal sepenting ini?
Beberapa sapaan teman-teman kujawab sambil lalu. Dari jauh aku melihat loket pembayaran hampir ditutup. Last minute, aku berhasil sampai tepat waktu. Saat aku berbalik, aku hampir menabrak cowok yang tengah memungut kertas-kertas dan peralatan tulisnya yang berantakan di lantai. "Mbak, kalo jalan liat-liat dong…" sungutnya.
Aku bengong, apa aku menabrak seseorang tadi? Meski aku masih sangsi, aku membantunya memunguti lembaran kertas, buku dan polpennya. Saat mata kami bertabrakan pandang, aku tertegun sejenak. Aku merasa cowok ini tak asing buatku.
"Kenya…""Prama…"Selanjutnya kami malah terbahak berdua sembari berangkulan. Sepuluh tahun kami tak bertemu. Waktu itu kami masih sama-sama kecil. Mama Prama sering menitipkan Prama kecil ke mamaku, maklum mamanya Prama juga bekerja, sementara tidak ada pembantu di rumah. Sementara mamaku ibu rumah tangga sejati.
Mamaku punya peraturan, jam 12 siang harus tidur siang. Prama yang di rumahnya tidak memberlakukan peraturan tidur siang harus ikutan tidur siang. Dan kami tidur seranjang…Wacks…
"Masih inget peraturan tidur siang?" tanyaku tiba-tiba"Iya…berarti kita sudah kumpul kebo sejak kecil ya?" jawabnya terpingkal.Sejak itu kami jadi makin akrab, sekedar mengingat masa kecil kami yang lucu. Prama adalah kakak kelasku. Kondisi ini membuatku beruntung, sebagai mahasiswi baru aku masih membutuhkan banyak bimbingan. Syukur Prama mau membantuku dalam hal ini.
Pertemuanku dengan Prama membuka kembali komunikasi kedua orang tua kami. Mereka jadi sering bertemu. Tiap minggu malah. Kadang sambil bercanda, mereka menjodohkan kami. Kami sendiri tak pernah menghiraukan ocehan mereka. Kami sangat menikmati persahabatan ini.
Suatu hari Prama datang padaku. Wajahnya kusut seperti habis tawuran dengan orang se-RT. Aku sempat ngeri melihatnya.
"Kenya…Bisa bantu gw gak?" Aku cuma bisa mengangguk. "Aku mencintai seseorang…" Sampai sini aku menarik nafas lega."Lantas…?""Gw gak bisa mengatakan kalo gw cinta dia.""Kenapa…?""Gw gak punya cukup keberanian untuk itu."Aku pindah duduk di depan Prama. Aneh…Prama tak mau melihat wajahku.
Prama juga tak memberitahu gadis yang sanggup membuatnya jatuh cinta. Hanya saja beberapa hari kemudian aku melihat Prama sedang duduk berdua dengan cewek cantik. Cewek itukah yang diimpikan Prama? Ada rasa kosong di hatiku. Saat aku melewati mereka aku melihat pandangan sendu pada wajah Prama. Kenapa dengan Prama?
Menjelang semester empat, papa menawarkanku untuk kuliah di Australia bareng Mas Bima. Girang aku menyambut tawaran papa. Disepakati aku berangkat sebulan lagi. Kabar baik ini ingin aku bagi dengan Prama. Sayangnya dia tak bisa kutemui. Aku juga malu menanyakan ke orangtuanya, soalnya mereka yang getol menggoda kami.
Aku diantar papa dan mama ke bandara. Mereka bilang Mas Bima yang akan menjemputku, jadi aku tak perlu khawatir. Saat aku akan memasuki ruang tunggu dan berpamitan dengan papa dan mama, aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku melihat Prama tengah berlari ke arahku.
"Kenapa gak bilang?""Lo yang gak pernah nongol di kampus.""Kan bisa telpon ke rumah?""Dan membiarkan papa dan mamamu menggodaku?""Apa itu masalah buatmu?""Akan jadi masalah, karena aku makin gak bisa lepas darimu…"Sedetik kemudian Prama memelukku, "Maafkan aku, karena tak pernah bisa mengatakan cinta padamu…"
Aku tak merasakan apa-apa. Sebutir cairan hangat tiba-tiba luruh dari mataku, pelukan Prama makin memberikan kehangatan dan ketenangan. "Sudah…Nanti tahun depan kan ketemu lagi. Kita yang kesana atau Kenya yang liburan kemari…," suara papa mengagetkan kami. Aku memandang papa heran."Sudah ada pembicaraan antara papa dan papanya Prama. Jadi kamu tenang-tenang aja ya," ujar papa sembari tersenyum. Aku makin bahagia dan meloncat dalam pelukan Prama. Ah, ternyata cinta itu begini rasanya…
"Vit, kamu jadi nggak ikut les basket,"ujarku."Jadi dong! kalau kamu Tar?" tambah Vita."Jadi dong,"jawabku. Sehabis kita berbicara akhirnya aku mengeluarkan bola basketku dari gudang rumah dan mengajak Vita main basket di lapangan basket. Vitapun langsung lari ke lapangan basket, begitu juga aku. Vita pun langsung merebut bola basket dari aku, dan memulai main basket. Di saat pertama aku selalu menang, tapi semakin lama nilai kita seri. Vita dan aku biasanya bermain basket tanpa lelah dan tanpa berhenti juga lama. Sampai - sampai sore datang dan kita harus pulang ke rumah masing - masing. Ibu langsung memerintahkan aku untuk makan sore.
Keesokan harinya, aku dan Vita berangkat naik sepeda sama - sama."Eh, Vit tahu nggak"ujar ku dipotong Vita,"Tahu apa????"."Makanya diam dulu"jawabku."Ternyata besok libur"ujarku lagi."Yeeeee"kata Vita senang. Sampai di sekolah mereka bertemu sahabat - sahabatnya, yaitu Keyla, Jos dan Robert. Sambil sama - sama ke kelas mereka berbicara tentang les basket. Ternyata Jos dan Keyla tidak ikut soalnya mereka harus mendapatkan les tambahan dari sekolah setiap hari. Dikelas mereka sering berbicara tentang les basket, mereka memang bandel. Tapi kami itu tetap pintar walaupun suka bandel(hehehe).
Kring,kring,kring, bel berbunyi. Waktunya pulang. Aku dan Vita lansung bersama - sama kerumah untuk mengerjakan tugas bersama - sama. Kami harus membuat dalam waktu 1 minggu proyek tentang olahraga yang kami senangi. Kami memilih olahraga basket pastinya. Kami memakai alat komputer, printer dan scanner. Dan kami membutuhkan kertas, kertas asturo dan gunting. Kami membuat dengan santai. Kami juga harus menerangkan proyek kita didepan kelas. Setelah hampir selesai kami memutuskan untuk main basket karena di luar cerah dan berawan. Aku mengambil bola basketku dan langsung keluar.
Akhirnya minggu depan datang kami harus menerangkan proyek kami kami mendapatkan giliran nomor 4. Pada saat bagianku aku sangat merasa takut dan hampir menangis karena terlalu malu. Vita menghampiriku dia menghiburku agar aku semangat. Tapi aku pun harus tampil. Karena dihibur Vita hatiku langsung merasa tiidak malu lagi. Akhirnya kami tampil dengan baik dan mendapatkan nilai yang sempurna. Sekarang aku tahu betapa "Indahnya Persahabatan". Sekarang aku selalu tidak malu karena sahabat - sahabatku selalu siap membantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambah comment kamu ya kawan-kawan, di sini: